Thursday, March 22, 2012

Here It Goes, Love!

"Can we fall, one more time? Stop the tape and rewind. Oh and if you walk away I know I'll fade 'Cause there is nobody else. It's gotta be you. Only you"
Berlatar belakang lagu One Direction - Gotta Be You, aku menulis posting ini. Posting tentang cinta yang kujanjikan beberapa hari lalu. Mari kita mulai dari hari itu,  Selasa 28 February 2012, yap sebulan setelah ulang tahunku yang ke duapuluh.

Malam itu Minggu 26 Februari 2012, kami bertengkar, nggak begitu hebat tapi ternyata dia selama ini memendam. Menumpuk semuanya, jadi hal kecil ini tiba-tiba meledak jadi bom waktu. Malam itu, aku seperti biasa bertanya-tanya mengapa mention di Twitter tidak pernah dijawabnya. Aku juga bertanya soal nama-nama wanita entah itu Melody, Anisa, atau siapapun yang suka Ia sebut-sebut di Twitternya. Entah kenapa, kecemburuan ini, yang seharusnya indah, yang seharusnya menjadi bumbu pacaran menjadi petaka kala itu. Sontak pertengkaran hebatpun terjadi. Untuk meredakannya, aku hanya membaca BBM terakhirnya dan tidak menghubunginya selama kurang lebih 2 hari. Karena kesal aku juga sempat menghapus namanya dari Bio Twitterku. Aku bahkan tidak tahu kalau dia masih kepoin aku dan menghapus namaku dari Bio Twitternya. Perang dingin.

Aku menjalani hari seperti biasa, walaupun sering kali aku memikirkannya. Dan malam itu, Selasa 28 Februari 2012, sepulang dari jalan-jalan bersama Zia, Yuyun, dan Dinar, aku memberanikan diri untuk menghubunginya. Berharap kata-kata kangen bisa membuat hubungan kami membaik. Tapi, ibarat disambar petir, hal yang terjadi justru sebaliknya. Aku masih ingat jelas kata-katanya kala itu. Begitu menyesakkan, begitu tak terduga, benar-benar bukan kata-kata itu yang aku inginkan, ini jauh diluar rencana. Biarpun aku memohon, menangis, menelfon hinggaku terisak, Ia tetap pada keputusannya. Kita putus dengan beberapa alasan:
1. Aku egois
2. Dia sudah sering memberiku kesempatan; pertama, waktu aku ngusir dia di Bogor; kedua, saat kita bertengkar hebat dihari Anniversary ke satu tahun; dan ketiga, saat aku menghapus namanya di Bio Twitterku.
3. No mercy, dia ingin putus.
Rasanya seperti mimpi, seperti Ia masih menjadi pacarku. Aku ingin menghapusnya dari semua hal yang mengingatkanku padanya. Sampai pada akhirnya kuhapus kontaknya dari daftar teman bbmku, facebook, twitter, contact list, semuanya. Tapi, saat aku sedang galau di Twitter datanglah Avian. Avian menawarkan jasa curhat gratis, aku menerimanya lalu malam itu sampai jam 2 pagi aku masih terjaga curhat dengannya lewat MSN. Ada beberapa kalimat Avian yang kusuka, Ia bilang :
"Kalo move on itu bukan dengan cara menghapusnya dari semua benda yang mengingatkanmu padanya. Tapi, move on itu hadapi. Move in itu adalah ketika kau melihat semua benda yang mengingatkanmu padanya tapi kau menjadi biasa saja"
Akhirnya aku add lagi bbmnya Dendi. Kitapun masih bertukar pesan. Sedih rasanya, nyesek, ada yang ganjil mengetahui kita sudah tidak pacaran lagi. Hal yang paling berat saat putus adalah saat bangun tidur. Karena setiap bangun tidur, kau harus mengumpulkan kembali kekuatan yang kau buat sebelum kau tertidur. Itu yang susah. Sampai pada akhirnya aku panjatkan satu doa :
"Yaa Allah, jika memang Dendi adalah jodohku, maka dekatkanlah. Jika tidak maka jauhkanlah Ia dan buatlah hatiku ikhlas menerima semua ini"
Setelah kupanjatkan doa itu, aku dan Dendi yang tadinya tetap bbman layaknya biasa saja, tiba-tiba Dendi tidak membalas bbmku. Bagaikan doa yang langsung terkabul, Allah seakan membisikan Dendi untuk tidak menghubungiku lagi. Saat itu, 2 Maret 2012 Aku langsung berfikir bahwa Dendi memang bukan tercipta untukku. Saat itu juga aku mencoba ikhlas.

Hari demi hari kulewati tanpa mendapat pesan dari Dendi, pesan yang selalu kutunggu-tunggu. Hari dimana aku putus mataku bengkak, semua orang bertanya, aku hanya bisa menjawab datar kalau aku baru saja putus dengan pacarku, banyak yang menawarkan apakah aku ingin berbagi, tapi yan ada setiap kubercerita aku makin terisak. Aku terlalu dekat dengan Dendi, hampir semua yang kurasakan selalu kuceritakan padanya, hingga pada saat Ia memutuskanku, aku lingkung. Hari kunjungan Akuabisnis aku menangis dibis. Hari kulihat dimana Dendi sudah mulai ngetweet tentang bola, JKT48, game, perkuliahan, aku juga menangis. Aku sadar kalau Dendi lebih baik tanpa aku.

Aku lupa tanggalnya tapi Widho dan Fadel tiba-tiba memintaku untuk membuat satu lirik lagu untuk band mereka. Sorenya langsung kubuat dan kukirim pada Fadel. Setelah itu aku tidur siang. Saat aku terbangun, lagi-lagi aku menangis. Aku liat hape ternyata ada bbm dari Fadel disana. Ia mengucapkan terimakasih dan kamipun lanjut bertukar pesan. Aku benar-benar tidak punya ide kepada siapa aku harus bercerita, bahkan hal yang tidak pernah kulakukan selama inipun aku lakukan. Jauh dari yang dibayangkan, aku curhat sama Fadel. Entah kenapa sore itu malah jadi curhat. Fadel bilang :
"Yah din, lagu Resentful itu juga kisah gua. Jangankan lu din, gua aja yang cowo juga nggak kuat. Tapi hidup lu  masih panjang. Lanjutin aja dulu, orang nikah aja juga bisa cerai. Kita nggak akan pernah tau bahagianya sehat kalo nggak pernah ngerasa sakit"
Pokoknya disitu aku banyak banget cerita sama Fadel sampe akhirnya aku minta maaf atas keegoisan aku selama ini sama anak IKN47.

Sampai tiba waktunya Fieldtrip. Saat berangkat aku memang antusias, tapi tidak seantusias kalau itu study-tour SMA. Kali ini seantusiasnya aku mengikuti Fieldtrip, malam sebelum berangkat aku masih bisa tidur. Berbeda bila itu jalan-jalan yang sangat aku inginkan, malam sebelumnya aku pasti tidak bisa tidur. Saat berbaris untuk pengaragan dan pembacaan doa, Fadel memintaku untuk duduk bersamanya, biasalah cowok kalo jalan-jalan begini suka mepet cewe biar dapet makanan. Aku terima saja. Semua berjalan biasa saja, sampai dijalan aku banyak cerita sama Fadel. Aku bilang sama dia aku mau berubah.
Dinda : Del?
Fadel : Ya, Din?
Dinda : Lo orangnya nggak enakan ya?
Fadel : Lah kok lu jadi tiba-tiba ngomong gitu?
Dinda : Iya soalnya gua meratiin daritadi kalo barang lo dipinjem tuh kaya sorban itu, lo kan butuh karna lo kedinginan, tapi lo nggak berani mintanya kan sama yang minjem haha
Fadel : Haha
Dinda : Gua pengen jadi kaya lo deh, Del. Cuek dan nggak enakan gitu kayaknya asik. Nggak kaya gua yang ribet, dan kalo misalnya ada hal yang nggak gua suka langsung marah-marah.
Fadel : Nggak enak din jadi gua.
Dinda : Lo pernah marah, Del?
Fadel : Pernah. Dulu waktu di Aceh gua ngambekan banget.
Dinda : Oh ya, terus sejak kapan lo nggak ngambekan lagi?
Fadel : Sejak di Bogor, Din. Disini apa-apa gua bayar sendiri. Gua suka musik, tapi bokap nggak suka. Gua banyak gitar di Aceh, tapi kalo gua mina kirim kesini nggak boleh. Biarpun gau pulang, gua ambil gitar gua di Aceh juga nggak dibolehin bawa ke Bogor. Jadi, kalo gua mau gitar ya gua tabung uang dari ortu jadi nggak minta lagi.
Dinda : *diem
Fadel : Din?
Dinda : Ya, Del?
Fadel : Kalo mau belajar musik, belajar dulu pake gitar yang jelek baru pake gitar yang bagus.
Dinda : hah?
Fadel : Iya din, kalo mau belajar bola, pake bola jelek dulu baru pake bola yang bagus.
Dinda : *diem
Fadel : Ngerti nggak?
Dinda : Enggak
Fadel : Jadi kita tuh musti belajar dari susah dulu, nggak semua apa-apa yang lo minta terus nggak dikasih lo harus ngambek.

Ya kira-kira gitu deh obrolan dijalan sama Fadel, nyantai tapi ngena banget. Terus dijalan pas Fieldtrip selain Fadel ada banyak yang aku ajak ngobrol, kebanyakan aku mintain maafnya karena selama ini aku udah egois. Banyak diantara anak IKN yang ternyata asik kaya Ipmawan, Fadhil, Ibam, Awan, dan masih banyak lagi. Tapi selama ini aku nggak sadar. Aku hanya melihat mereka sebelah mata. Karena aku terlalu terfokus pada masalahku sendiri tanpa pernah melihat kesekelilingku. Allah baik banget, super duper baik karena memberiku pekajaran yang berarti kala Fieldtrip :)

Fieldtrip berlangsung selama 3 hari. Seperti postingku sebelumnya, sejuta pesona, sejuta pengalaman. Banyak yang kudapatkan dari 3 hari penyegaran itu.

Setelah Fieldtrip aku mulai kesepian lagi, aku mulai sering main ke kosan Zia, main ke kosan Deri, even itu untuk ngerjain tugas atau hanya untuk ngobrol. Aku juga sesekali jalan ke J.co sam Zia sama Yuyun, tapi hanya tangis yang kudapat disana. Aku kangen Dendi.

...

Sampai akhirnya Dendi datang lagi, menghubungiku. Awalnya seneng banget dia ngubungin aku lagi, kukira dia bakal bilang kangen, ngajak balikan, atau memohon agar kukembali seperti difilm-film romantis yang sangat kusukai, tapi taunya aku salah. Dendi menghubungiku karena foto rangkulanku bersama Fadel di Cibodas. Dia menyangka sayangku terhadapnya selama ini palsu, karena belum sebulan kita putus aku sudah dekat dengan cowo lain. Sedih :(

Bukankah dulu Ia yang kekeh kalau kita harus putus? Bukankah Ia yang berkata bahwa putus adalah keputusan yang terbaik untuk kita berdua? Kini, ketika kumulai bangkit dari keterpurukan masa putus, Ia datang untuk menuduhku seperti itu :(
"Aku cuma foto kaya gitu sama Fadel. Aku nggak selingkuh. Lagian aku nyelingkuhin siapa, wong saat itu aku single dan Fadel juga single"
Semenjak Dendi menghubungiku lagi, semenjak itu pula aku mulai berharap balikan. Makin hari makin kuat. Tapi, semakin aku mengharap, Dendi semakin menunjukkan kalau kita nggak mungkin balikan dalam waktu dekat ini. Lalu untuk apa Ia datang kembali?

"Should I give up, or should I just keep chasin' pavements? Even if it leads nowhere, or would it be a waste. Even if I knew my place. Should I leave it there. Should I give up, or should I just keep chasin' pavements. Even if it leads nowhere" (Adele - Chasing Pavements)

No comments: